Lagi heboh-hebohnya di Instagram loveable redaksi soal buku Senja dan Pagi. Penasaran dong! Apalagi pas gua kepoin dia masuk urutan kedua terlaris di Gramedia. Langsung kemaren gua pergi ke toko buku buat beli satu.
First impression gua pas ngeliat bukunya, maaf ye... tipis banget. Wkwk. Untuk ukuran 94 ribu, buku ini terlalu tipis. Buku novel yang tebelnya dua kali lipat ini aja harganya bisa lebih murah.
Tapi karena sebelum beli, gua udah tau sedikit alur ceritanya tentang nikah muda, jadi gambaran gua, tebakan gua, buku ini sejenis dengan "Teman Tapi Menikah"-nya Ayudia. Artinya, penulisnya pasti udah tenar sebelum buku ini.
Gua nanya adek gua, katanya ga usah dibeli. Wkwk. Tapi pas gua cek yang di Top Ten, Senja dan Pagi udah masuk urutan pertama. Mungkin di Gramedia itu doang, gua ga tau, ya. Jadi, gua putusin buat bawa pulang deh.
"Nanya, dibeli apa ga usah, Adek bilang engga, tetep dibeli juga." -Protes adek gua. Gua cuman ketawa.
Penulis : Alffy Rev & Linka Angelia
Genre : Romance
Penerbit : Loveable
Terbit : April 2019
Harga : Rp 94.000,00
Sinopsis :
"Katanya, rindu itu berat. Tapi bagi saya, 'rindu' itu tanggung jawab besar. Harga sejati yang harus dibayar untuk mengungkapkan kerinduan adalah menghalalkanmu."
*
Simpel sih sinopsisnya. Gua suka. Begitu gua pulang. Gua langsung buka halaman pertama. Baca bagian perkenalan. Okey, gua skip. Awal novel pasti selalu membosankan. Tapi kayaknya yang ini beda. Baca kilat pun masih terasa pegal.
Masuk chapter pertama, gua ngerti background tokoh utamanya adalah musisi. Jadi tebakan gua, buku ini bakalan menceritakan perjuangan musisi dari nol sampai tenar. Dan tebakan gua bener. Separuh buku ini menceritakan mulai dari Alffy beli gitar, sampai dengan dipanggil untuk ikut konser.
Terjawablah sudah, kenapa buku ini bisa best seller. Tebakan gua pas di toko buku bener, penulisnya udah populer duluan. Alffy Rev itu yang tahun lalu manggung di penutupan Asian Games.
Hal yang tidak terduga dari Senja dan Pagi adalah begitu masuk ke chapter 9, alur cerita berubah. Ini bukan tentang Alffy dan perjuangannya menjadi musisi. Ini tentang apa yang akan dilakukan setelah sukses manggung di penutupan Asian Games. Dan masuk lah Linka di situ, yang membuat buku ini jadi semakin menarik lagi.
Sampe sini aja spoilernya. Chapter sembilan dan seterusnya jauh lebih menarik dari delapan chapter pertama ditambah prolog. Alur dan cara penyampaian ceritanya juga keren. Walau gaya bahasanya masih kurang menarik perhatian.
Kekurangan yang paling menonjol menurut gua sih, terletak dari cara mengisahkan perjuangan buat manggung di Asian Games. Itu kayak film Avenger End Game yang ngebuang satu jam pertama dengan dialog panjang super ngebosenin. Bertele-tele. Ga butuh. Dan kalau dipersingkat juga ga menghilangkan bobot dari buku Senja dan Pagi ini.
*
Okey, kali ini gua sikut sedikit cara untuk memperbaiki, atau menghindari separuh novel yang bikin pembaca bosan. Dalam novel itu selalu ada yang disebut Konflik Utama. Semacam benang merah yang seharusnya dikenalin penulis di prolog, semakin sering seiring cerita berjalan, dan memuncak di bagian klimaks.
Apa yang mau kita sajikan dalam novel?
Apa yang menjadi poin penting dalam cerita kita? dan
Siapa saja yang berperan menjadi karakter utama dalam cerita tersebut.
Jika Linka adalah karakter utama, dan 'menikah' adalah poin penting dari buku ini. Seharusnya sudah dari chapter pertama disisipkan paragraf semacam Alffy yang ga mau pacaran. Sayang banget kan, kalau 40% dari buku ini tidak menyebut nama karakter utamanya.
Atau cara kedua adalah, delapan chapter pertama disingkat jadi satu chapter. Chapter kedua dimulai dengan Mas Budi yang bilang: "Tim bola, biar jadi juara, nggak cukup dengan satu gol, kan?" (Senja dan Pagi h:75). Tapi sepertinya cara kedua ga mungkin dilakukan, karena bisa bikin buku ini lebih tipis lagi.
Santai aja, gua juga punya masalah yang sama dengan novel ini. Karakter gua, Hugo mesti gua bikin mental ke asrama jauh dari kekasihnya, Bella. Dan empat tahun lamanya gua hiatus, mikirin gimana cara bikin benang merah antara Hugo, Bella, dan Asrama.
Jadi, buku ini bisa jadi referensi, pelajaran buat gua tentang bikin benang merah antara ketiganya. Dan semoga aja resensi gua tentang buku ini bisa bikin penulisnya lebih baik lagi, supaya ga mengulang kesalahan yang sama lagi kedepannya.
*
Selain dari itu, kayaknya semuanya okey. Bagus. Terlampaui bagus, malah. Ga salah buku ini bisa masuk menduduki peringkat pertama. Gua tandai satu quotes keren dari Senja dan Pagi, pas Alffy ditanya sama calon mertuanya, kenapa mau jadi musisi:
"Saya ingin jadi orang yang berpengaruh."
Alffy Rev (Senja dan Pagi h:136).
Well, brother. Sepertinya Lu sudah berhasil mencapainya. Gua akui, Alffy, lewat bukunya, berhasil bikin gua nulis resensi lagi setelah hampir empat tahun blog ini mati suri. Berhasil bikin gua punya keinginan buat ngelanjutin novel yang ga selese-selese. Dan menurut gua, Alffy juga berhasil mengubah perspektif orang banyak, tentang nikah muda.
Buat kalian yang belum baca, gua recommend buat beli bukunya. Buat Alffy Rev dan Linka kalau kalian mampir ke sini, jangan berhenti buat menginspirasi bangsa ini, ya. Oh ya, dan jangan lupa juga nantikan buku gua buat duduk di peringkat satu selanjutnya. Semoga.
Sinopsis :
"Katanya, rindu itu berat. Tapi bagi saya, 'rindu' itu tanggung jawab besar. Harga sejati yang harus dibayar untuk mengungkapkan kerinduan adalah menghalalkanmu."
*
Simpel sih sinopsisnya. Gua suka. Begitu gua pulang. Gua langsung buka halaman pertama. Baca bagian perkenalan. Okey, gua skip. Awal novel pasti selalu membosankan. Tapi kayaknya yang ini beda. Baca kilat pun masih terasa pegal.
Masuk chapter pertama, gua ngerti background tokoh utamanya adalah musisi. Jadi tebakan gua, buku ini bakalan menceritakan perjuangan musisi dari nol sampai tenar. Dan tebakan gua bener. Separuh buku ini menceritakan mulai dari Alffy beli gitar, sampai dengan dipanggil untuk ikut konser.
Terjawablah sudah, kenapa buku ini bisa best seller. Tebakan gua pas di toko buku bener, penulisnya udah populer duluan. Alffy Rev itu yang tahun lalu manggung di penutupan Asian Games.
Hal yang tidak terduga dari Senja dan Pagi adalah begitu masuk ke chapter 9, alur cerita berubah. Ini bukan tentang Alffy dan perjuangannya menjadi musisi. Ini tentang apa yang akan dilakukan setelah sukses manggung di penutupan Asian Games. Dan masuk lah Linka di situ, yang membuat buku ini jadi semakin menarik lagi.
Sampe sini aja spoilernya. Chapter sembilan dan seterusnya jauh lebih menarik dari delapan chapter pertama ditambah prolog. Alur dan cara penyampaian ceritanya juga keren. Walau gaya bahasanya masih kurang menarik perhatian.
Kekurangan yang paling menonjol menurut gua sih, terletak dari cara mengisahkan perjuangan buat manggung di Asian Games. Itu kayak film Avenger End Game yang ngebuang satu jam pertama dengan dialog panjang super ngebosenin. Bertele-tele. Ga butuh. Dan kalau dipersingkat juga ga menghilangkan bobot dari buku Senja dan Pagi ini.
*
Okey, kali ini gua sikut sedikit cara untuk memperbaiki, atau menghindari separuh novel yang bikin pembaca bosan. Dalam novel itu selalu ada yang disebut Konflik Utama. Semacam benang merah yang seharusnya dikenalin penulis di prolog, semakin sering seiring cerita berjalan, dan memuncak di bagian klimaks.
Apa yang mau kita sajikan dalam novel?
Apa yang menjadi poin penting dalam cerita kita? dan
Siapa saja yang berperan menjadi karakter utama dalam cerita tersebut.
Jika Linka adalah karakter utama, dan 'menikah' adalah poin penting dari buku ini. Seharusnya sudah dari chapter pertama disisipkan paragraf semacam Alffy yang ga mau pacaran. Sayang banget kan, kalau 40% dari buku ini tidak menyebut nama karakter utamanya.
Atau cara kedua adalah, delapan chapter pertama disingkat jadi satu chapter. Chapter kedua dimulai dengan Mas Budi yang bilang: "Tim bola, biar jadi juara, nggak cukup dengan satu gol, kan?" (Senja dan Pagi h:75). Tapi sepertinya cara kedua ga mungkin dilakukan, karena bisa bikin buku ini lebih tipis lagi.
Santai aja, gua juga punya masalah yang sama dengan novel ini. Karakter gua, Hugo mesti gua bikin mental ke asrama jauh dari kekasihnya, Bella. Dan empat tahun lamanya gua hiatus, mikirin gimana cara bikin benang merah antara Hugo, Bella, dan Asrama.
Jadi, buku ini bisa jadi referensi, pelajaran buat gua tentang bikin benang merah antara ketiganya. Dan semoga aja resensi gua tentang buku ini bisa bikin penulisnya lebih baik lagi, supaya ga mengulang kesalahan yang sama lagi kedepannya.
*
Selain dari itu, kayaknya semuanya okey. Bagus. Terlampaui bagus, malah. Ga salah buku ini bisa masuk menduduki peringkat pertama. Gua tandai satu quotes keren dari Senja dan Pagi, pas Alffy ditanya sama calon mertuanya, kenapa mau jadi musisi:
"Saya ingin jadi orang yang berpengaruh."
Alffy Rev (Senja dan Pagi h:136).
Well, brother. Sepertinya Lu sudah berhasil mencapainya. Gua akui, Alffy, lewat bukunya, berhasil bikin gua nulis resensi lagi setelah hampir empat tahun blog ini mati suri. Berhasil bikin gua punya keinginan buat ngelanjutin novel yang ga selese-selese. Dan menurut gua, Alffy juga berhasil mengubah perspektif orang banyak, tentang nikah muda.
Buat kalian yang belum baca, gua recommend buat beli bukunya. Buat Alffy Rev dan Linka kalau kalian mampir ke sini, jangan berhenti buat menginspirasi bangsa ini, ya. Oh ya, dan jangan lupa juga nantikan buku gua buat duduk di peringkat satu selanjutnya. Semoga.
Hugo dan Bella, yang ada di wattpad, kan? Tapi kok baru satu chapter? Cepat update ye
ReplyDelete